Perjalanan panjang Metaverse Mark Zuckerberg

Pada tahun 2014, Zuckerberg mengakuisisi Oculus VR, sebuah perusahaan teknologi realitas virtual, yang meletakkan dasar bagi usaha Facebook dalam realitas virtual. Awalnya Facebook fokus mengembangkan teknologi VR dengan memperkenalkan headset Oculus Rift pada tahun 2016.Perusahaan juga mengembangkan produk VR lainnya, seperti Oculus Go dan Oculus Quest.
Belakangan, Facebook mengalihkan perhatiannya ke augmented reality (AR), yang melapisi informasi digital ke dunia nyata.

Pada tahun 2019, Facebook meluncurkan Spark AR, sebuah platform yang memungkinkan pengembang menciptakan pengalaman AR untuk berbagai platform, termasuk Instagram dan Facebook. Zuckerberg membayangkan Metaverse sebagai perpanjangan dari platform media sosial Facebook yang sudah ada. Dia memperkenalkan Facebook Horizon, sebuah platform VR yang memungkinkan pengguna berinteraksi dengan teman, keluarga, dan orang asing di lingkungan virtual.

Meskipun Metaverse awalnya mendapatkan popularitas di kalangan gamer, Zuckerberg menekankan potensi aplikasi yang lebih luas, seperti pendidikan, hiburan, dan perdagangan. Hal ini ia tunjukkan dengan mengintegrasikan Facebook Marketplace, dalam sebuah platform jual beli barang, ke dalam Facebook Horizon. AI memainkan peran penting dalam Metaverse, memungkinkan fitur-fitur seperti avatar yang dipersonalisasi, agen cerdas,dan pemodelan prediktif.

Facebook telah banyak berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan AI, dengan mengakuisisi beberapa startup AI. Untuk mendorong pertumbuhan dan adopsi, Facebook bermitra dengan berbagai perusahaan, seperti Microsoft, NVIDIA,dan Qualcomm, untuk mengembangkan solusi perangkat keras dan perangkat lunak untuk Metaverse.Selain itu, mereka berkolaborasi dengan pencipta, artis, dan merek untuk membangun pengalaman menarik dalam dunia virtual. Dengan menjadikan masalah privasi sebagai prioritas utama, Facebook menerapkan langkah-langkah untuk melindungi data pengguna dan memastikan interaksi yang aman dalam Metaverse. Hal ini termasuk penggunaan AI untuk mendeteksi dan menghapus konten berbahaya, serta memberi pengguna kendali atas informasi pribadi mereka.

Zuckerberg bertujuan membuat Metaverse dapat diakses oleh semua orang, terlepas dari hambatan ekonomi atau geografis.Facebook memperkenalkan perangkat VR yang terjangkau, seperti Oculus Go, dan mencari cara untuk menghadirkan pengalaman VR berkualitas tinggi ke perangkat keras kelas bawah.
Metaverse tetap menjadi visi jangka panjang Facebook, dengan investasi berkelanjutan dalam penelitian, pengembangan, dan akuisisi strategis. Seiring kemajuan teknologi, Metaverse diharapkan semakin terintegrasi dengan kehidupan kita sehari-hari, mengubah cara kita terhubung, bekerja, dan berinteraksi satu sama lain dan informasi digital.

Dilansir dari Media www.cnbcindonesia.com yang membahas perkembangan Metaverse mengalami kerugian , berikut artikelnya .

Ekosistem industri itu tak memperlihatkan kemajuan yang positif.
Sayangnya, selama dua tahun sejak berganti nama menjadi Meta, pasar headset Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) pendukung Metaverse turun drastis. Perusahaan riset Circana mencatat penurunan tahun ini lebih besar dari
tahun 2022 lalu.Tahun lalu penurunan perangkat sebesar 2% menjadi US$1,1 miliar (Rp 17 triliun). Sementara 2023 ini ambles hampir 40% menjadi US$664 juta (Rp 10,3 triliun), dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (20/12/2023).


Di internal Meta sendiri, upaya Metaverse juga mentok. Unit Reality Labs yang mengembangkan VR dan AR, rugi US$3,7 miliar (Rp 57,4 triliun) pada kuartal ketiga dengan penjualan US$210 juta (Rp 3,2 triliun) Sejak awal tahun 2022 atau setelah berganti nama menjadi Meta, Reality Labs sudah merugi total mencapai
US$25 miliar atau sekitar Rp 338 triliun. CNBC International menyebutkan Meta menolak mengomentari masalah ini. Namun merujuk pada postingan blog dari Chief Technology Officer Andrew Bosworth soal Metaverse. Bosworth yang juga menjalankan Reality Labs menyebutkan AI dan Metaverse di dalam perusahaan merupakan pertaruhan jangka panjang. Dia juga mengakui taruhan tersebut bukanlah hal yang mudah dan tidak murah.


“Membuat taruhan jangka panjang pada teknologi baru tidak mudah. Tidak ada jaminan berhasil, dan tidak murah. Ini juga salah satu hal berharga yang dilakukan perusahaan teknologi, dan satu-satunya cara paling relevan dalam
jangka panjang,” jelasnya.


Meta jadi salah satu pemimpin di pasar VR. Perusahaan diketahui telah merilis merek Quest, termasuk versi 3 yang diluncurkan Oktober lalu. Selain Meta ada juga Sony yang telah meluncurkan headset PlayStation VR2 awal tahun ini. Namun Sony belum meraih banyak pembeli.




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

New Report

Close

Lewat ke baris perkakas