Masa Depan Pendidikan di Persimpangan Jalan, Dampak Penghapusan Jurusan SMA

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) resmi menghapuskan sistem jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di Sekolah Menengah Atas (SMA) mulai tahun ajaran 2024/2025. Kebijakan ini menandai babak baru dalam implementasi Kurikulum Merdeka yang digagas Kemendikbudristek.

Pemberlakuan Kurikulum Merdeka secara penuh di jenjang SMA ini merupakan kelanjutan dari penerapan bertahap yang dimulai sejak tahun 2022. Dengan dihapusnya sistem jurusan, diharapkan para siswa memiliki keleluasaan untuk memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan cita-cita mereka.

“Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan fleksibilitas bagi siswa dalam memilih mata pelajaran dan mengembangkan potensinya secara menyeluruh,” ujar Anindito Aditomo, Kepala Badan Standar Nasional Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek.

Kurikulum Merdeka memberikan ruang bagi siswa untuk memilih mata pelajaran dari berbagai bidang ilmu, seperti Matematika, Sains, Bahasa, Ilmu Sosial, dan Seni Budaya. Hal ini diharapkan dapat melahirkan generasi yang lebih kreatif, inovatif, dan adaptif dengan perubahan zaman.

Meskipun demikian, kebijakan ini tidak luput dari kekhawatiran. Beberapa pihak mempertanyakan kesiapan siswa dan sekolah dalam menghadapi perubahan sistem yang signifikan ini.

Menanggapi hal tersebut, Kemendikbudristek menegaskan komitmennya untuk memberikan pendampingan dan pelatihan kepada guru serta sekolah-sekolah dalam menerapkan Kurikulum Merdeka.

“Kami akan terus memantau dan mengevaluasi pelaksanaan Kurikulum Merdeka untuk memastikan kelancaran dan efektivitasnya,” ujar Anindito.

Penerapan Kurikulum Merdeka di SMA menjadi langkah berani Kemendikbudristek dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Dengan memberikan fleksibilitas belajar bagi siswa, diharapkan lahirlah generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan dan mampu berkontribusi secara optimal bagi kemajuan bangsa.