Pengalaman Rp 7.500 makan di Warteg

Dulu, pas masih anak sekolah, pulang sekolah langsung meluncur ke warteg langganan. Wangi nasi hangat sama lauk pauk yang menggugah selera udah nunggu di depan mata. Pilihannya banyak banget, ada telur dadar yang lembut, tempe orek yang manis gurih, perkedel kentang yang renyah, dan masih banyak lagi. Dengan uang jajan yang pas-pasan, aku bisa makan sepuasnya.

Sekarang coba bayangkan, dengan uang yang sama, kita cuma bisa dapat nasi sama sayur. Rasanya seperti mimpi buruk ya? Dulu, Rp7.500 itu udah bisa buat beli sebungkus nasi, lauk pauk lengkap, sama es teh manis. Pokoknya, kenyang sampai besok pagi.

Cecep, yang udah puluhan tahun jaga warteg ini, bilang kalau dulu harga bahan pokok kan masih murah. Beras, sayur, sama lauk-pauk harganya masih terjangkau. Jadi, ya wajar kalau harga makanan di warteg juga ikut murah. Tapi sekarang, semuanya serba naik.

Kenaikan harga ini bikin kangen sama masa kecil. Dulu, makan di warteg itu bukan cuma sekadar mengisi perut, tapi juga jadi momen untuk kumpul sama teman-teman. Kita bisa ngobrol sambil menikmati makanan kesukaan. Sekarang, makan di warteg jadi terasa lebih sepi dan enggak seenak dulu.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

New Report

Close

Lewat ke baris perkakas