Konsumsi Gula Muda-Mudi Naik Drastis!

Siapa yang tidak suka minuman manis? Segelas soda dingin atau boba tea memang menjadi teman yang menyenangkan di tengah aktivitas padat. Namun, tahukah kamu bahwa konsumsi minuman manis bergula secara berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan?

Kaum muda di seluruh dunia semakin banyak mengonsumsi minuman manis bergula, menurut laporan terbaru yang diterbitkan di BMJ. Konsumsi minuman manis berbergula meningkat sebesar 23% pada tahun 2018 dibandingkan dengan tahun 1990, menurut penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari University of Washington dan Tufts University.

Image Property By Laura Lara-Castor

“Minuman manis meningkatkan penambahan berat badan dan risiko obesitas, sehingga meskipun anak-anak tidak sering terkena diabetes atau penyakit kardiovaskular saat mereka masih muda, mungkin ada dampak yang signifikan di kemudian hari,” kata Laura Lara-Castor, peneliti utama dan sarjana pascadoktoral dalam epidemiologi gizi di University of Washington.

Penelitian ini memberikan estimasi global pertama mengenai asupan minuman manis oleh anak-anak dan remaja. Tim peneliti menganalisis data dari lebih dari 1.200 survei yang diselesaikan selama periode penelitian tiga dekade, menilai kebiasaan makan anak-anak dari 185 negara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi minuman manis dengan gula rata-rata 3,6 porsi seminggu secara global, dengan variasi yang signifikan antara negara-negara. Anak-anak dan remaja di 56 negara yang mewakili 238 juta kaum muda – sekitar 10% dari populasi kaum muda global – rata-rata mengonsumsi tujuh minuman atau lebih per minggu.

Negara-negara yang anak-anaknya paling banyak mengonsumsi minuman manis meliputi Meksiko, Uganda, Pakistan, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat. Peningkatan konsumsi terbesar terjadi di Afrika sub-Sahara, di mana rata-rata porsi mingguan anak-anak tumbuh 106%, menjadi hampir 2,2 porsi per minggu.

Banyak pemerintah telah mencoba memperlambat konsumsi dengan menerapkan pajak soda dan melarang penjualan minuman manis di sekolah. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa upaya tersebut belum cukup efektif.

Image Property By Dariush Mozaffarian

“Temuan kami seharusnya membunyikan tanda bahaya di hampir setiap negara di seluruh dunia,” kata Dariush Mozaffarian, direktur Food is Medicine Institute di Tufts University. “Penerimaan dan tren yang kami lihat menimbulkan ancaman signifikan terhadap kesehatan masyarakat, yang dapat dan harus kami tangani demi masa depan populasi yang lebih sehat.”

Sumber: BMJ, University of Washington, Tufts University.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

New Report

Close

Group What'Apps
Saluran Media Aluni Ika UNJANI
Lewat ke baris perkakas