Anak Kolong,Sejarah dan Asal Usulnya

Istilah “anak kolong” merupakan sebutan dalam bahasa sehari-hari untuk anak tentara atau anak yang besar di tangsi tentara. Asal usul istilah ini berasal dari masa penjajahan Belanda di Indonesia. Pada saat itu, anggota KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger) ditempatkan di asrama dengan ukuran yang sangat memprihatinkan. Ruangan yang kecil sering kali tidak cukup untuk ditempati lebih dari satu tempat tidur. Akibatnya, anak-anak terpaksa tidur di bagian bawah dipan (kolong). Dari sinilah muncul istilah “anak kolong.”

Pada masa kolonial, sebutan “anak kolong” hanya ditujukan kepada anak-anak serdadu rendahan, yaitu anak serdadu yang berpangkat di bawah kopral. Intinya, anak kolong adalah anak serdadu yang bergaji paling rendah se-Hindia Belanda. Seiring dengan berjalannya pembangunan, terjadi peningkatan kesejahteraan dan kemudian emansipasi. Kini, banyak anak kolong yang berpartisipasi dalam LSM bela negara.

Istilah “anak kolong” memiliki pengaruh yang cukup menarik dalam budaya Indonesia. Meskipun awalnya berasal dari masa penjajahan Belanda, istilah ini telah mengalami perubahan makna dan digunakan secara lebih luas.

Berikut beberapa pengaruhnya:

  1. Bahasa Gaul dan Media Sosial: “Anak kolong” menjadi istilah yang viral di media sosial, terutama di platform TikTok. Banyak pengguna mempergunakan istilah ini untuk menyebut orang yang berada di posisi rendah atau memiliki gaji kecil. Penggunaan istilah ini mencerminkan kreativitas bahasa gaul anak muda Indonesia.
  2. Pengingat Sejarah: Istilah ini mengingatkan kita pada masa penjajahan dan kondisi sosial ekonomi yang sulit. Sebagai bagian dari sejarah, “anak kolong” mengajarkan kita tentang perjuangan dan ketahanan di masa lalu.
  3. Pemberdayaan: Beberapa anak kolong yang dulunya berada dalam situasi sulit telah berhasil mengubah nasib mereka. Mereka berkontribusi dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, seni, dan aktivisme. Kisah-kisah pemberdayaan ini menginspirasi banyak orang.
  4. Perubahan Makna: Meskipun awalnya merujuk pada anak serdadu, istilah ini kini lebih luas dan dapat merujuk pada siapa saja yang menghadapi tantangan ekonomi atau sosial. Ini menunjukkan fleksibilitas bahasa dan adaptasi budaya.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

New Report

Close

Lewat ke baris perkakas