Sejarah Gedung Jenderal PONIMAN

Gedung tua itu berdiri megah di tengah-tengah taman yang rindang. Layaknya pohon besar yang akarnya menancap dalam, gedung ini menjadi saksi bisu perjalanan waktu, terutama dalam melahirkan Universitas Jenderal Achmad Yani. Dalam ingatan kami setiap sudut ruangan seolah berbisik tentang masa lalu, membangkitkan nostalgia dan rasa haru.

Napak tilas, di pagi hari sinar mentari menari-nari di antara dedaunan, menyinari gedung tua yang bagai lukisan tua yang perlahan terkuak. Dinding-dindingnya, yang kini mulai retak dan mengelupas, seakan menceritakan kisah panjang tentang waktu yang tak pernah berhenti berputar. Di sini, langkah kaki pertama para mahasiswa baru pernah melangkah penuh semangat, dan tawa riang pernah menggema di setiap sudut ruangan. Gedung tua ini adalah saksi bisu dari pergantian musim dan aliran waktu yang tak terbendung, sekaligus rumah bagi mimpi-mimpi yang pernah terbang tinggi. Taman di depan gedung seakan menjadi karpet hijau yang lembut, dihiasi oleh bunga-bunga warna-warni yang bermekaran. Pohon-pohon rindang berdiri kokoh, menjulang tinggi ke langit, seolah menjaga gedung tua ini dari terik matahari. Jendela-jendela kaca patri yang berlumuran debu menampilkan pola-pola indah yang memantulkan cahaya matahari. Lantai kayu yang mengkilat terasa hangat di bawah kaki, seolah menyambut setiap pengunjung yang datang. Aku ingat, dulu aku sering duduk di bangku panjang di bawah pohon beringin sambil membaca buku. Angin sepoi-sepoi membawa aroma tanah basah dan suara burung berkicau. Saat itu, aku merasa begitu kecil dan dunia terasa begitu luas.

New Report

Close

Lewat ke baris perkakas